SASARAN
DAKWAH
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Psikologi
Dakwah”

Dosen
Pengampu:
Drs.
H. Muh. Fuadi, MA
Disusun
oleh:
Muhammad
Taufiqur Rahman 210311146
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu dakwah merupakan suatu sarana dalam
mengembangkan islam, sehingga dakwah dakwah dapat diartikan hal yang merupakan
salah satu bagian dari usaha penyebaran agama islam. Didalam berdakwah terdapat
karakteristik dalam unsur-unsur dakwah yang mana dapat disebutkan antaranya
da’I, mad’u, maddah/materi, kaifiyah dakwah/metode, wasilatul dakwah/media,
yang mana hal-hal tersebut sangat berkaitan erat dalam berdakwah.
Dan pada kesempatan kali ini kami akan membahas
ilmu yang tentunya berkaitan dengan berdakwah yaitu mad’u atau siapa sih yang
harus didakwahi dan bagaimana sih cara mendakwahi seorang mad’u.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
dakwah ?
2. Apa
pengertian sasaran dakwah?
3. Siapa
saja sasaran dakwah itu?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa Da’wah berarti ;
panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab
disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya berarti ; memanggil,
menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan). Orang yang berdakwah bisa
disebut dengan Da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi
disebut dengan Mad’u.[1]
Secara konseptual, dakwah dipahami oleh para
pakar secara beragam. Ibnu Tamiyyah misalnya, mengartikan dakwah sebagai proses
usaha untuk mengajak masyarakat (mad’u) untuk beriman kepada Allah dan
rasul-Nya sekaligus mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dan
rasul-Nya itu.[2] Sementara itu
Abdul Munir Mulkhan mengartikan dakwah sebagai usaha mengubah situasi kepada
yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap individu maupun masyarakat.[3]
A.
Pengertian Sasaran Dakwah
Ditinjau dari
segi etimologi sasaran dakwah/ mad’u adalah bahasa arab dari isim maf’ul dari
fi’il madhi yaitu menyeru, dalam
ensiklopedi islam diartikan “ajakan kepada islam”.[4] Sedangkan
menurut wahidin saputra bahwa mad’u adalah sekelompok/orang yang lazim disebut
dengan jama’ah yang sedang menuntut agama dari seorang da’I, baik itu mad’u
deket ataupun jauh. Seorang da’I akan menjadikan mad’u sebagai sasaran tranformasi keilmuwan
yang dimilikinya,[5] maka dari sini
bisa kita definisikan kita mad’u adalah orang yang menjadi sasaran ajakankepada
islam yang hakiki.
Mad’u yaitu
seseorang yang menjadi sasaran dalam berdakwah, ataupun dapat kita sebut
manusia yang menjadi penerima dalam berdakwah, baik itu sebagai individu
ataupun sebagai kelompok baik manusia yang beragama islam maupun yang
beragama islam. Dengan kata lain manusia keseluruhan yang ada dibumi ini.
Didalam
berdakwah kepada manusia yang beragama non islam disitu tujuan dakwah adalah
untuk mengajak mad’u untuk mengikuti dan sebisa mungkin menjadikan seseorang
itu baik pada mahluk dan berdakwah kepada mad’u yang beragama islam untuk
meningkatkan kualitas iman dan islam serta juga ihsan kita sebagai orang muslim
yang dimana semua itu dituntuk pada diri kita.[6]
Didalam buku
Manajemen Dakwah karangan M.Munir, S.Ag, M.A dan Wahyu Ilahi, S.Ag, M.A yang
mana diterangkan bahwa didalam alquran menjelaskan tiga tipe sasaran dakwah
yaitu :
- Mukmin
- Kafir
- Munafik [7]
Dari ketiga klasifikasi tersebut sasaran dakwah
kemudian dikelompokan lagi berbagai macam pengelompokan antara lain : orang
mukmin dibagi menjadi tiga yaitu ; dzalim linafsi ( ), muqtashid ( ), dan sabiqun
bilkhairot ( ), kafir bisa dibagi menjadi kafir zimmi ( ) dan kafir harbi ( ).
Mad’u itu terbagi dalam berbagai macam golongan, sehingga menggolongkan sasaran
dakwah sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi,
ekonomi, dan seterusnya.
Oleh karena itu ulama Muhammad Abduh
membagi sasaran dakwah (mad’u) menjadi tiga golongan yaitu :
a. Golongan
cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir secara kritis, dan cepat
dapat menangkap persoalan.
b. Golongan
awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis secara
kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang
tingi.
c. Golongan
yang berbeda dengan kedua golongan tersebut yang dimana mereka senang membahas
sesuatu tetap hanya dalam batasan tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya
secara mendalam.
Ketiga golongan tersebut yang dimana secara
garis besar kita dapat mengetahui sasaran dakwah/ mad’u itu dapat digolongkan
berbagai macam golongan dalam memahami mad’u atau seseorang yang menjadi
sasaran kita dalam berdakwah.[8]
Manusia yang menjadi
audiens yang akan diajak ke dalam Islam secara kaffah. Mereka bersifat
heterogen, baik dari sudut idiologi, misalnya, atheis, animis, musyrik,
munafik, bahkan ada juga yang muslim, tetapi fasik atau penyandang dosa dan
maksiat. Dari sudut lain juga berbeda baik intelektualitas, status social, kesehatan,
pendidikan dan seterusnya ada atasan ada bawahan, ada yang berpendidikan ada
yang buta huruf, ada yang kaya ada juga yang miskin, dan sebagainya.
Sehubungan dengan
kenyataan-kenyataan di atas, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah
perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Sasaran yang menyangkut
kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis, berupa masyarakat terasing,
pedesaan, kota besar dan kecil serta masyarakat di daerah marjinal dari kota
besar.
2. Sasaran yang menyangkut
golongan masyarakat dilihat dari segi struktur
kelembagaan, berupa masyarakat desa, pemerintah dan keluarga.
3. Sasaran yang berhubungan
dengan golongan masyarakat dilihat dari tingkat usia, berupa golongan
anak-anak, remaja dan orang tua.
4. Sasaran yang dilihat dari
tingkat hidup social-ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah, miskin dan
seterusnya.
5. Sasaran yang berupa
kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi social cultural berupa golongan
priyayi, abangan, santri (klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat
jawa).[9]
6. Sasaran yang berhubungan
dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okuposional (profesi atau
pekerjaan), berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri
dan sebagainya.[10]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan demikian mad’u merupakan seseorang yang
menjadi sasaran dalam berdakwah atau da’I, Sasaran dakwah
(mad’u) bisa
mencakup semua manusia dari berbagai lapisan masyarakat dilihat dari sosiologisnya,
psikologisnya, usianya, sosial ekonomisnya maupun tingkat intelektualnya. sehingga mad’u
merupakan seseorang yang penting dalam berdakwah maupun dalam penyampaiyan
berdakwah sebab tak ada mad’u maka tidak ada dakwah dalam berdakwah itu bicara
mudah berbuat adalah sulit mengerti adalah lebih sulit dan membuat supaya orang
mengerti itu lebih sulit.
To say it easy
To do is difficult
To understand is more difficult
To make one understand is most difficult
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Moh. dan Aziz, Ilmu Dakwah. Jakarta:Kencana, 2004.
al-Khauly, Al-Bahy, Tadzkirat al-Du’at. Kairo : Maktabah Dar
al-Turas, 1408 H/1987 M.
Arifin, Psikologi Dakwah (Suatu Pengantar Studi). Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah. Jakarta : Prenada
Media.
Muriah, Siti, Metodologi
Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2000.
[2] Ibnu Tamiyyah,
Majmu’ Al Fatawa (Riyad : Mathabi’ al Riyadh, 1985), Juz XV, cet.
Pertama, 185.
[3] Al-Bahy
al-Khauly, Tadzkirat al-Du’at (Kairo : Maktabah Dar al-Turas, 1408
H/1987 M), cet. Ke-8, 35.
[4] Tim Penulis
IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Djambatan, 1992),
208.
[6]
Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta : Prenada Media, tt),
23.