Monday, 24 March 2014

SASARAN DAKWAH



SASARAN DAKWAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Psikologi Dakwah”
STAIN PONOROGO
Dosen Pengampu:
Drs. H. Muh. Fuadi, MA
Disusun oleh:
Muhammad Taufiqur Rahman            210311146
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2014    


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ilmu dakwah merupakan suatu sarana dalam mengembangkan islam, sehingga dakwah dakwah dapat diartikan hal yang merupakan salah satu bagian dari usaha penyebaran agama islam. Didalam berdakwah terdapat karakteristik dalam unsur-unsur dakwah yang mana dapat disebutkan antaranya da’I, mad’u, maddah/materi, kaifiyah dakwah/metode, wasilatul dakwah/media, yang mana hal-hal tersebut sangat berkaitan erat dalam berdakwah.

Dan pada kesempatan kali ini kami akan membahas ilmu yang tentunya berkaitan dengan berdakwah yaitu mad’u atau siapa sih yang harus didakwahi dan bagaimana sih cara mendakwahi seorang mad’u.
  
B.     Rumusan Masalah
1.   Apa pengertian dakwah ?
2.   Apa pengertian sasaran dakwah?
3.   Siapa saja sasaran dakwah itu?











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa Da’wah berarti ; panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya berarti ; memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan). Orang yang berdakwah bisa disebut dengan Da’i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan Mad’u.[1]
Secara konseptual, dakwah dipahami oleh para pakar secara beragam. Ibnu Tamiyyah misalnya, mengartikan dakwah sebagai proses usaha untuk mengajak masyarakat (mad’u) untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya sekaligus mentaati apa  yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya itu.[2] Sementara itu Abdul Munir Mulkhan mengartikan dakwah sebagai usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap individu maupun masyarakat.[3]

A.        Pengertian Sasaran Dakwah
Ditinjau dari segi etimologi sasaran dakwah/ mad’u adalah bahasa arab dari isim maf’ul dari fi’il madhi yaitu  menyeru, dalam ensiklopedi islam diartikan “ajakan kepada islam”.[4] Sedangkan menurut wahidin saputra bahwa mad’u adalah sekelompok/orang yang lazim disebut dengan jama’ah yang sedang menuntut agama dari seorang da’I, baik itu mad’u deket ataupun jauh. Seorang da’I akan menjadikan  mad’u sebagai sasaran tranformasi keilmuwan yang dimilikinya,[5] maka dari sini bisa kita definisikan kita mad’u adalah orang yang menjadi sasaran ajakankepada islam yang hakiki.
Mad’u yaitu seseorang yang menjadi sasaran dalam berdakwah, ataupun dapat kita sebut manusia yang menjadi penerima dalam berdakwah, baik itu sebagai individu ataupun sebagai kelompok  baik manusia yang beragama islam maupun yang beragama islam. Dengan kata lain manusia keseluruhan yang ada dibumi ini.
Didalam berdakwah kepada manusia yang beragama non islam disitu tujuan dakwah adalah untuk mengajak mad’u untuk mengikuti dan sebisa mungkin menjadikan seseorang itu baik pada mahluk dan berdakwah kepada mad’u yang beragama islam untuk meningkatkan kualitas iman dan islam serta juga ihsan kita sebagai orang muslim yang dimana semua itu dituntuk pada diri kita.[6]
Didalam buku Manajemen Dakwah karangan M.Munir, S.Ag, M.A dan Wahyu Ilahi, S.Ag, M.A yang mana diterangkan bahwa didalam alquran menjelaskan tiga tipe sasaran dakwah yaitu :
- Mukmin
- Kafir
- Munafik [7]
Dari ketiga klasifikasi tersebut sasaran dakwah kemudian dikelompokan lagi berbagai macam pengelompokan antara lain : orang mukmin dibagi menjadi tiga yaitu ; dzalim linafsi ( ), muqtashid ( ), dan sabiqun bilkhairot ( ), kafir bisa dibagi menjadi kafir zimmi ( ) dan kafir harbi ( ). Mad’u itu terbagi dalam berbagai macam golongan, sehingga menggolongkan sasaran dakwah sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi, dan seterusnya.
Oleh karena  itu ulama Muhammad Abduh membagi sasaran dakwah (mad’u) menjadi tiga golongan yaitu :
a.   Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.
b.   Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tingi.
c.   Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut yang dimana mereka senang membahas sesuatu tetap hanya dalam batasan tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.
Ketiga golongan tersebut yang dimana secara garis besar kita dapat mengetahui sasaran dakwah/ mad’u itu dapat digolongkan berbagai macam golongan dalam memahami mad’u atau seseorang yang menjadi sasaran kita dalam berdakwah.[8]
Manusia yang menjadi audiens yang akan diajak ke dalam Islam secara kaffah. Mereka bersifat heterogen, baik dari sudut idiologi, misalnya, atheis, animis, musyrik, munafik, bahkan ada juga yang muslim, tetapi fasik atau penyandang dosa dan maksiat. Dari sudut lain juga berbeda baik intelektualitas, status social, kesehatan, pendidikan dan seterusnya ada atasan ada bawahan, ada yang berpendidikan ada yang buta huruf, ada yang kaya ada juga yang miskin, dan sebagainya.
Sehubungan dengan kenyataan-kenyataan di atas, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.  Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis, berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar.
2.  Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan, berupa masyarakat desa, pemerintah dan keluarga.
3.  Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari tingkat usia, berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
4.  Sasaran yang dilihat dari tingkat hidup social-ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah, miskin dan seterusnya.
5.  Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi social cultural berupa golongan priyayi, abangan, santri (klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat jawa).[9]
6.  Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okuposional (profesi atau pekerjaan), berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan sebagainya.[10]





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dengan demikian mad’u merupakan seseorang yang menjadi sasaran dalam berdakwah atau da’I, Sasaran dakwah (mad’u) bisa mencakup semua manusia dari berbagai lapisan masyarakat dilihat dari sosiologisnya, psikologisnya, usianya, sosial ekonomisnya maupun tingkat intelektualnya. sehingga mad’u merupakan seseorang yang penting dalam berdakwah maupun dalam penyampaiyan berdakwah sebab tak ada mad’u maka tidak ada dakwah dalam berdakwah itu bicara mudah berbuat adalah sulit mengerti adalah lebih sulit dan membuat supaya orang mengerti itu lebih sulit.
To say it easy
To do is difficult
To understand is more difficult
To make one understand is most difficult














DAFTAR PUSTAKA

Ali, Moh. dan Aziz, Ilmu Dakwah. Jakarta:Kencana, 2004.
al-Khauly, Al-Bahy, Tadzkirat al-Du’at. Kairo : Maktabah Dar al-Turas, 1408 H/1987 M.
Arifin, Psikologi Dakwah (Suatu Pengantar Studi). Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah. Jakarta : Prenada Media.
Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.


[1] Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 406-407.
[2] Ibnu Tamiyyah, Majmu’ Al Fatawa (Riyad : Mathabi’ al Riyadh, 1985), Juz XV, cet. Pertama, 185.
[3] Al-Bahy al-Khauly, Tadzkirat al-Du’at (Kairo : Maktabah Dar al-Turas, 1408 H/1987 M), cet. Ke-8, 35.
[4] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Djambatan, 1992), 208.
[5] Wahdin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, Jilid 1(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 279.
[6] Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta : Prenada Media, tt), 23.
[7] Q.S. Albaqarah ayat 6-20.
[8] Moh. Ali dan Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), 91.
[9] Arifin, Psikologi Dakwah (Suatu Pengantar Studi) (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 3.
[10] Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), 32-34.
 

2 comments:

  1. best!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    ReplyDelete