Beberapa 'Aqidah
Mereka
- 'Aqidah Bada' yaitu meyakini bahwa Allahk tidak mengetahui sesuatu sebelum terjadi.[1] Mereka mengatakan tidaklah Rasulullahn di utus kecuali diperintahkan untuk mengharamkan khamr dan menetapkan sifat bada'. Bagaimana mungkin mereka menisbatkan ketidak tahuan bagi Allahl padahal mereka meyakini imam-imam mereka mengetahui sesuatu yang tersembunyi?.
- Bekeyakinan bahwa Allahl berjism (bertubuh seperti makhluk).[2]
- Meniadakan sebagian dari sifat-sifat Allahl
- Mengatakan bahwa al Qur'an adalah makhluk. Dan mengingkari akan melihat wujud Allahl di akhirat dengan mata kepala, bahkan mereka mengatakan, barang siapa yang menisbatkan kepada Allahl sebagian sifat, seperti sifat Allahl dapat dilihat, maka ia dihukumi murtad.[3]
- Mayoritas ahli hadits Syi'ah berrkeyakinan adanya perubahan dalam al Qur'an. Abu Ja'far berkata : "Barang siapa yang mengaku telah mengumpulkan al Qur'an dan membukukan seluruh isinya sebagaimana yang diturunkan oleh Allahl, maka sesungguhnya ia seorang pendusta. Tidak ada yang mengumpulkan dan yang menghafalkannya sebagaimana yang diturunkan Allahl, melainkan Ali bin Abi Thaliba dan para imam sesudahnya."[4]
Jadi
pada hakekatnya mereka memiliki 2 al Qur'an, yaitu al Qur'an yang maklum dan al
Qur'an yang khusus bagi mereka, yang diantara isinya terdapat surat al Wilayah.
- Aqidah mereka juga berpijak diatas pencacian, pencelaan dan pengkafiran terhadap para Sahabat Nabig.
Al
Majlisi menyebutkan dalam bukunya bahwa Ali bin Husaint berkata kepada budaknya : "Bagiku atas kamu hak
pelayanan, ceritakan kepadaku tentang Abu Bakar dan Umar? Maka ia menjawab
:"Mereka berdua adalah kafir, dan orang yang cinta kepada keduanya
termasuk kafir juga."[5]
Mereka
juga mengatakan bahwa semua sahabat sepeninggal Rasulullahn keluar dari islam kecuali tiga. Yaitu :
al Miqdad bin Aswad, Abu Dzar al Ghifari dan Salman al Farisi.[6]
Tidak
sampai itu, mereka juga melaknat dua Sahabat nabi yang sangat mereka benci,
yaitu Abu Bakar dan Umarh. Bahkan
mendo'akan keburukan kepada keduanya dengan menamakan do'a dua patung Qurasy.[7]
- Syi'ah Rafidhah mengaku bahwa para imam mereka ma'shum (terjaga dari kesalahan dan dosa) serta mengetahui hal-hal yang ghaib. Bahkan mereka lebih utama derajatnya dari pada para Nabi dan para Rasul.
- Mereka juga meyakini aqidah raj'ah, yaitu keyakinan hidup kembali setelah kematian sebelum hari kiamat.[8] Kemudian 'aqidah raj'ah ini mengalami perkembangan yang sangat cepat sehingga mereka mengatakan bahwa semua orang Syi'ah bersama para imamnya, musuh-musuhnya dan para pemimpinnya akan dihidupkan kembali. Dan pada akhirnya aqidah ini dijadikan sebagai sarana yang dipergunakan kelompok Saba'iyyah (masih sekte Syi'ah) untuk mengingkari hari Kiamat.[9]
- Memperbolehkan untuk Taqiyah, yaitu : Suatu ucapan atau perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dengan keyakinan, untuk menghindari bahaya yang mengancam jiwa, harta, atau untuk menjaga kehormatan.[10]
Sebagaimana kedustaan mereka terhadap Rasulullahn, mereka berangapan bahwa Rasulullahn,,,, juga pernah bertaqiyah tatkala beliau
menshalati Abdullah bin Ubay (gembong munafik), kemudian Umara berkata kepada beliau tantang larangan
Allahl untuk menshalati orang
munafik, maka beliau menjawab : "Celakalah engkau, tahukah engkau apa yang
saya baca? Sesungguhnya aku mengucapkan : "Ya Allah, isilah mulutnya
dengan api dan penuhilah kuburannya dengan api dan masukkan dia dalam
api."[11]
- Mereka juga meyakini, bahwa tanah kuburan Husaint sangat berbarakah. Mereka menamakannya dengan istilah "ath Thinah." Mereka mengatakan bahwa tanah kuburan Husaint adalah obat untuk segala penyakit, ia adalah obat yang paling agung.[12]
- Aqidah Rafidhah juga berpijak pada penghalalan harta dan jiwa ahli Sunnah wal Jama'ah.[13] Lebih daripada itu, mereka juga beranggapan bahwa kekufuran ahli Sunnah lebih besar dari pada kekufuran orang-orang Yahudi dan Nashrani, dikarenakan orang-orang Yahudi dan Nashrani memang kafir asli, sedangkan ahli Sunnah, mereka adalah murtad dari islam.
Oleh sebab itu, orang-orang Rafidhah membantu orang-orang
kafir didalam peperangan melawan orang-orang islam sebagaimana yang disaksikan
oleh sejarah.[14]
- Mereka meyakini bahwa nikah Mut'ah adalah bagian dari agama. Maka barang siapa yang mengamalkannya berarti ia telah mengamalkan agama, dan barangsiapa yang mengingkarinya berarti ia mengingkari agama, dan anak yang dilahirkan dari hasil perkawinan mut'ah lebih utama daripada anak yang dilahirkan melalui nikah yang tetap. Dan yang mengingkari nikah mut'ah adalah kafir dan murtad.[15]
Mereka
berdalil dengan firman Allahl : QS an
Nisaa' : 24
Mereka
tidak berhenti sampai di situ, bahkan mereka memperbolehkan mendatangi istri pada
duburnya (anus).[16]
- Orang-orang Syi'ah Rafidhah juga mempunyai tanah haram, sebagaimana Makkah dan Madinah bagi kaum Muslimin. Tanah haram yang suci menurut mereka adalah Kufah, Karbala dan Qum. Tanah Karbala menurut orang-orang Syi'ah lebih utama daripada Ka'bah.[17]
- Menjadikan sepuluh hari pertama sebagai upacara dan ratapan untuk mengenang kematian Husaint, dengan keyakinan bahwa ini merupakan sarana pendekatan kepada Allahl dan merupakan ajaran dari syiar islam.
- Meyakini tentang Lauhul Fathimah, yaitu dakwaan mereka bahwa Jibril turun kepada Fathimahd untuk menyampaikan wahyu kepadanya.[18]
- Rafidhah beranggapan bahwa seluruh pemerintahan selain pemerintahan imam mereka yang jumlahnya 12 dianggap tidak sah dan batal. Salah seorang mereka berkomentar kepada tiga khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsmang : "Bahwa mereka adalah para perampok kekuasaan, pengkhianat, dan murtad dari agamanya, semoga laknat Allahl kepada mereka, dan orang-orang yang mengikutinya, dikarenakan kedzaliman yang dilakukannya kepada keuarga Nabin dari generasi pertama dan sesudahnya."[19]
Mereka juga beranggapan bahwa siapa saja yang berhukum
dengan putusan yang telah diberikan selain dari golongan mereka, berarti ia
telah menerima keputusannya taghut, walaupun keputusannya benar berdasarkan al
Qur'an dan as Sunnah ataukah salah.[20]
[1] Ushulul Kaafi, hal :
40
[2] Minhajus Sunnah oleh
Ibnu Taimiyyah, hal : 1/20
[3] Lihat Kasyful Ghitha'
oleh tokoh Syi'ah Ja'far an Najfi hal : 417
[4] Lihat Fashlul Kitab
fi Tahridi Kitab Rabbil Arbab oleh Ath Thibrisi hal : 32
[5] Lihat Haqqul Yaqin
oleh al Majlisi hal : 522. perlu dijelaskan bahwa Ali bin Husain dan Ahli Bait
seluruhnya berlepas diri dari kebohongan Syi'ah.
[6] Furu' Kaafi oleh al
Khulaini, hal : 115 dan Tafsir al Qumy hal : 218
[7] kutipan dari do'anya
: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
ya Allah berikanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, ya Allah
laknatilah dua patung Qurasy, dua thaghut dan jibtnya dua pendusta dan
pembohoongnya dan kedua anak perempuannya (maksudnya : 'Aisyah dan Hafshah),
karena mereka telah mengingkari perintah-Mu, mendustakan wahyu-Mu, tidak
mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, bermaksiat kepada utusan-Mu, memutar balik
agama-Mu, mengubah kitab-Mu, mencintai musuh-musuh-Mu, mengingkari nikmat-nikmat-Mu,
meninggalkan hukum-hukum-Mu, membaalkan dan mengabaikan kewajiban-kewajiban-Mu,
mengkufuri ayat-ayat-Mu, memusuhi kekasih-Mu, berwala' kepada musuh-musuh-Mu,
memerangi negara-negara-Mu dan membinasakan hamba-hamba-Mu… "
[8] lihat Maqalath oleh
al Mufid hal : 51, 75
[9] Haqqul Yaqin oleh al
Majisi hal : 37
[10] As Syi'ah fil Mizan
oleh Muhammad Jawad Muqniyyah hal : 48
[11] Furu'ul Kaafi kitabul
Janaiz hal : 188
[12] Lihat Kitabul Mazar
oleh ulama mereka al Mufid hal : 125
[13] al Mahasin an
Nafsaniyyah hal : 166
[14] Syaikhul islam Ibnu
Taimiyyah berkata : "Orang-orang Rafidhah telah membantu Tatar ketika
memerangi negara-negara islam (Majmu' Fatawa, 35/1510), lihat juga kitab :
"Bagaimana Tatar memasuki wilayah umat Islam oleh Sulaiman bin Hammad al Audah.
[15] Minhaju8s Shadiqin
oleh Mulla Fathullah al Kasyani, hal : 356
[16] al Istibshar 3/243
[17] Lihat Kitabul Bihar,
10/107 dan kitab al Mazar oleh Muhammad an Nukman yang dijuluki dengan al
Mufid, hal : 99
[18]Lihat
al Kaafi oleh al Khaulani (1/527), al
Qummy hal : 301-304 dan I'lamul Wara' ath Thabarisi hal : 152
[19] Lihat Kiabul Bihar
oleh al Majlisi, 4/385
[20] Lihat al Kaafi oleh
al Kulaini 1/67, at Tahdzib 6/301 dan Ma Laa Yahdhuruhul Faqih hal : 74
No comments:
Post a Comment